Waspadai Mental Anak Strawberry Generation

Ngomong-ngomong Anak Remaja. Pernah dengar istilah *Strawberry Generation*🍓 ga? Masih asing ya? Saya juga baru dengar pertama hari ini sih Mari kita simak curhatan anak jaman sekarang di sosmed yang telah di capture

Apa lintasan pikiran yang muncul kalau baca curhatan di atas teman-teman? Kalau saya bacanya gemes 

Tapi nyatanya, yang seperti ini tuh banyak! Dikit-dikit “butuh healing” Dikit-dikit “butuh self reward” Dikit-dikit “mental health gue terganggu nih” Apakah memang begitu nyatanya? Dan ini terjadi di generasi di bawah kita, di bawah generasi milenial.

Anak-anak generasi stroberi ini terpapar sosmed yang buanyak buanget. Mereka membaca dan mengakses berbagai konten di sosmed yang bilang butuh healing, baru berhasil dikit udah self reward, dapat tekanan dikit udah ngeluh merusak mental health.*

Lalu mereka mencocokkan sama kehidupan pribadinya, trus ngerasa _”Eh, sama nih, aku juga depresi, butuh healing.”_ hanya bermodal baca sosmed, lalu diagnosis sendiri. Tanpa lewat ahli.

Menurut prof. Rhenald Kasali, strawberry generation ini muncul karena orang tua secara ekonomi lebih sejahtera, sehingga apa maunya anak, diturutin aja

Maka lahirlah strawrberry generation, anak-anak muda yang lunak. Dikerasin dikit luka. Ketemu kesulitan, dia kabur, melarikan diri dari kesulitan. Maunya gampang-gampang dan enak-enak aja.

🍓🍓🍓

Jadi apa dong sebab lahirnya generasi stroberi ini? Anak dibesarkan dalam keluarga sejahtera, yang mana semua permintaan anak dituruti oleh orang tuanya.

Orang tua sibuk, sehingga anak dikasih kompensasi waktu, artinya waktu kebersamaan yang dipake untuk kesibukan orang tua, diganti jadi uang. Atau barang. 

Anak nggak dikasih konsekuensi ketika melakukan kesalahan Orang tua punya ekspektasi tidak realistis kepada anak, misalnya di rumah disebut anak hebat, dipanggil prince princess, paling cantik, paling pinter.. sehingga begitu anak keluar rumah, ketemu lingkungan yang lebih pinter, lebih hebat, lebih cantik, dia kaget. Akhirnya anak mudah tersinggung saat ketemu dunia nyata.

Terus kalau udah terlanjur tumbuh jadi strawberry generation, gimana dong memperbaikinya?

Ada beberapa cara nih ternyata.

  • Perbaiki literasi, anak harus pintar membaca di jaman yang serba banjir informasi

Anak harus bisa memilah bacaan, mana yang bener, jangan cuma bermodal satu buku atau satu akun sosmed trus udah menutup mata terhadap pandangan lain, merasa paling tahu.

  • Hati-hati dengan self diagnosis.

Yang bisa mendiagnosis itu ahli, bukan diri kita sendiri. Apakah memang benar depresi atau cuma nggak mau berjuang?

  • Jangan-jangan ngaku depresi, padahal mau kabur dari kesulitan 😔

Self diagnosis ini ibarat kita cek darah, trus udah keluar hasil labnya, lalu kita overthinking sakit segala rupa, padahal ketemu dokter juga belum 🥴

  • Orang tua harus menyiapkan anaknya menjadi lebih hebat dari dirinya, lebih kuat dari dirinya.

Jangan semua maunya anak diturutin, cuma karena anak tantrum dan kita capek dengar nangisnya, udah lah kasih aja anak mau apa. Jangaaann! saya banget ini, biar aja dia nangis dulu 😁 agar tahu ga semua bisa langsung didapatkan

  • Ciptakan suasana belajar yang fun, menyenangkan. Biar anak suka belajar dan ga kabur ketika ketemu tekanan.
  • Beri anak ruang untuk memilih tantangan, jangan semua-muanya kita yang tentukan.

Anak sukses bukan karena juara kelas, tapi karena mereka jadi juara kehidupan. Begitu kata prof. Rhenald Kasali.

 

source: helma hafizha

0 Shares:
Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

You May Also Like